Senin, 31 Maret 2014

Ini Daerah Terlarang di Wilayah Lereng Gunung Sinabung

Desa Kebayakan, Kecamatan Namantran, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, hingga kini belum lagi diizinkan untuk ditempati pengungsi erupsi Gunung Sinabung, karena daerah itu ditutupi debu vulkanik yang cukup tebal
"Ini sangat berbahaya dan dapat mengganggu kesehatan pengungsi yang pulang ke desa tersebut," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo, Dinasti Sitepu dihubungi dari Medan, Kamis
Desa tersebut, menurut dia, tidak hanya dipenuhi material erupsi Gunung Sinabung, tetapi juga kerusakan lahan perkebunan milik warga di daerah itu cukup parah dan perlu penanganan Satgas Penanggulangan Bencana
"Sampai kini pengungsi asal Desa Kebayakan itu, masih tetap tinggal di Posko Penampungan yang berada di Kabanjahe dan tidak dibenarkan pulang kampung halaman mereka," ucap Dinasti
Dia menyebutkan, Desa Kebayakan dihuni 418 orang atau 108 kepala keluarga (KK), saat ini mereka masih berada di Posko Penampungan KWK Berastagi dan Oraet Labora. "Pemkab Karo juga belum memperbolehkan ratusan orang pengungsi tersebut pulang ke Desa Kebayakan," ucap Kepala BPBD Karo
Informasi yang diperoleh di Posko Penanggulangan Bencana Sinabung, Kabanjahe, dari 17 desa yang izinkan untuk ditempati pengungsi, hanya Desa Kebakayan yang belum diisi oleh warga. Sedangkan, 16 desa lainnya telah ditempati pengungsi Sinabung, yakni Desa Batu Karang 4.954 jiwa (1.452 kepal
keluarga), Desa Rimo Kayu 657 orang (196 KK), Desa Cimbang 234 orang (68 KK), dan Desa Ujung Payung 311 orang (93 KK)
Selain itu Desa Kutambelin 990 jiwa (265 KK), Desa Gung Pinto 551 orang (146 KK), Desa Naman 1.533 orang (424 KK), Desa Sukandebi 902 orang (259 KK) yang berada di Kecamatan Namantran. Desa Tiga Pancur 918 orang (256 KK), Desa Tiganderket 1.779 jiwa (505 KK), Desa Tanjunga Morawa 1.201 (338 KK), Desa Payung 1.788 orang (538 KK), Desa Jeraya 551 orang (146 KK), dan Desa Pintu Mbesi 242 orang (65 KK)
Jumlah pengungsi Sinabung, Rabu (5/3) tercatat 15.863 orang atau 4.988 kepala keluarga (KK), 6.149 laki-laki, 6.341 perempuan, 1.648 lanjut usia (lansia), 147 ibu hamil dan 906 bayi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi meningkatkan status Gunung Sinabung dari level "Siaga" menjadi "Awas" terhitung mulai Minggu, (24/11) sekitar pukul 10.00 WIB.
Status Awas tersebut berpotensi menyebabkan makin meluasnya lontaran material berukuran 3-4 cm yang jaraknya diperkirakan mampu mencapai 4 km sehingga masyarakat yang bermukim dalam radius 5 Km dari kawah Gunung Sinabung direkomendasikan untuk diungsikan.

Gunung Kelut Meletus Hujan Abu Sampai Wilayah Jawa Tengah


Hujan abu akibat dampak letusan Gunung Kelud telah menerpa hingga sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Yogyakarta, yang berjarak lebih dari 200km dari gunung Kelud.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, menyebutkan hujan abu menyebar di beberapa wilayah, seperti Kediri, Malang, Blitar, Surabaya, Ponorogo, hingga Pacitan, Solo, Yogya, Boyolali, Magelang, Purworejo, serta Temanggung.
Sejumlah laporan menyebutkan, masyarakat di sejumlah kota di Jatim, Jateng hingga pulau Madura, merasakan langsung terpaan hujan abu tersebut.
Gunung Kelud yang terletak di perbatasan Kediri-Blitar, Jawa Timur, telah meletus sekitar pada pukul 22.50 WIB, Kamis (13/02) malam, demikian Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, dalam keterangan resminya.
Seorang pembaca BBC Indonesia yang tinggal di Magelang, Jateng, mengatakan, hujan abu terjadi di wilayah tempat tinggalnya.
"Agak  parah, Magelang masih hujan abu, deras," kata Faisal Alib dalam pesannya di situs Facebook BBC Indonesia, Jumat (14/02) pagi, sekitar pukul 08.30 WIB.
"Abu vulkanik gunung Kelud sampai ke kota Kamal, Madura," kata Muhammad Taufik, dalam komentarnya.
Sementara, seorang warga di Surabaya, Merynda, mengatakan menyaksikan hujan abu di kotanya pada Jumat pagi. "Hujan abu lumayan tebal," tulisnya di laman situs Facebook Indonesia.

Evakuasi Warga
BNPB menyatakan, proses evakuasi terhadap warga yang terdampak letusan gunung Kelud, yaitu mereka yang tinggal di radius 10 km.
Mereka yang diungsikan adalah warga dari 35 desa di sembilan kecamatan di Kabupaten Blitar, Kediri, dan Malang.
"Jumlah penduduk terpapar sekitar 201.228 jiwa atau sekitar 58.341 jiwa kepala keluarga," ungkap data BNPB.
Menurut BNPB, masyarakat yang tinggal di radius 15 km banyak yang kerja bakti membersihkan pasir dan abu di jalan, meskipun hujan abu masih berlangsung.
"Pembersihan dilakukan secara swadaya agar tidak ada kecelakaan lalu lintas karena tebal abu pasir sekitar 3-5 cm," kata BNPB dalam situs resminya.
Sementara, menurut BNPB pada Jumat (14/02) pagi, dampak langsung letusan gunung Kelud ini menimpa tiga desa di wilayah Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
"Yang terdampak tiga desa di Kecamatan Kepung, yakni Desa Kebonrejo, Desa Besowo, serta Desa Kampung baru," demikian keterangan resmi BNPB.
Menurut BNPB,  kebutuhan  mendesak bagi warga yang  tinggal di sekitar desa tersebut adalah masker, mck, air bersih, air minum dan makanan.



Minggu, 30 Maret 2014

Gunung Selamet Semburkan Erupsi Tertinggi


Gunung Slamet yang masih berstatus waspada,menyemburkan gempa embusan tertinggi sebanyak tiga kali. Tinggi gempa embusan tersebut tercatat setinggi 1.000-2.000 meter ke udara bebas. Peristiwa itu terjadi saat pemantauan pukul 06.00 WIB-12.00 WIB.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendrasto mengatakan letusan mengeluarkan material vulkanik berupa debu. Dia mengemukakan, semburan yang cukup tinggi tersebut terjadi lantaran frekuensi erupsinya tidak sering.
"Jika erupsi jarang, maka tenaga yang mendorong cukup besar. Akibatnya, letupan semakin tinggi. Tetapi, sebenarnya tiga kali letusan yang terjadi memang tidak terlihat secara visual, karena tertutup oleh kabut," ujar Hendrasto, Rabu (19/3).
Hendrasto mengungkapkan, pemantauan yang dilakukan PVMBG enam jam sebelumnya, pada pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, tercatat 10 kali letusan asap warna kelabu tebal dengan ketinggian maksimal 1.500 meter. Letusan tersebut mengarah ke barat laut.
Sementara itu, kepala bidang sumber daya energi sumber daya mineral dan air tanah Dinas energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Banyumas, Sigit Widiadi mengemukakan, letusan-letusan yang terjadi di Gunung Slamet, umumnya berlangsung dalam beberapa hari hingga beberapa minggu.
"Gunung Slamet memiliki karakter erupsi cenderung eksplosif lemah (tipe Vulkano) dan juga efusif, yaitu leleran lava yang disertai letusan abu dan scoria (tipe Stromboli)," tulisnya dalam rilis yang diterima.
Berdasarkan tipe tersebut, jelasnya, kedalaman dapur magma Gunung Slamet termasuk dangkal."Data Dinas ESDM Kabupaten Banyumas menunjukkan kedalaman dapur magma Gunung Slamet tidak lebih dari 5 kilometer atau kurang dari 10 kilometer," ucapnya.