Gunung
Slamet yang masih berstatus waspada,menyemburkan gempa embusan tertinggi
sebanyak tiga kali. Tinggi gempa embusan tersebut tercatat setinggi 1.000-2.000
meter ke udara bebas. Peristiwa itu terjadi saat pemantauan pukul 06.00
WIB-12.00 WIB.
Kepala
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendrasto mengatakan
letusan mengeluarkan material vulkanik berupa debu. Dia mengemukakan, semburan
yang cukup tinggi tersebut terjadi lantaran frekuensi erupsinya tidak sering.
"Jika
erupsi jarang, maka tenaga yang mendorong cukup besar. Akibatnya, letupan
semakin tinggi. Tetapi, sebenarnya tiga kali letusan yang terjadi memang tidak
terlihat secara visual, karena tertutup oleh kabut," ujar Hendrasto, Rabu
(19/3).
Hendrasto
mengungkapkan, pemantauan yang dilakukan PVMBG enam jam sebelumnya, pada pukul
00.00 WIB hingga 06.00 WIB, tercatat 10 kali letusan asap warna kelabu tebal
dengan ketinggian maksimal 1.500 meter. Letusan tersebut mengarah ke barat
laut.
Sementara
itu, kepala bidang sumber daya energi sumber daya mineral dan air tanah Dinas
energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Banyumas, Sigit Widiadi mengemukakan,
letusan-letusan yang terjadi di Gunung Slamet, umumnya berlangsung dalam
beberapa hari hingga beberapa minggu.
"Gunung
Slamet memiliki karakter erupsi cenderung eksplosif lemah (tipe Vulkano) dan
juga efusif, yaitu leleran lava yang disertai letusan abu dan scoria (tipe Stromboli),"
tulisnya dalam rilis yang diterima.
Berdasarkan
tipe tersebut, jelasnya, kedalaman dapur magma Gunung Slamet termasuk
dangkal."Data Dinas ESDM Kabupaten Banyumas menunjukkan kedalaman dapur
magma Gunung Slamet tidak lebih dari 5 kilometer atau kurang dari 10
kilometer," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar